Dalam dunia nyata, banyak hal dapat terjadi dalam kehidupan kita. DI suatu saat kita bisa senang, di saat yang lain bisa juga sedih. Well ... it happens because roda itu bentuknya bulat. Karena kebulatannya itu, maka yang terjadi adalah suatu perputaran yang tidak akan terhenti, unless roda itu sudah tidak mampu lagi untuk berputar.
Dalam kehidupan, bersosialisasi bisa dikatakan adalah suatu kebutuhan utama dari manusia selain makan/minum dan juga ... ehm bereproduksi. Manusia tidak akan dapat berdiri sendiri, hidup tanpa adanya support dari pihak lain, apakah itu benda-benda yang menunjang kehidupannya atau hal lain yang bisa memperlancar kegiatan sehari-harinya. Tapi inti sari dari kesemuanya ini adalah bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa adanya manusia lain.
Anak-anak kita diperkenalkan dengan dunia sekolah, agar mereka dapat hidup bermasyarakat. Belajar untuk berempati, bernegosiasi, dan ber ber yang lain. In my humble opinion, ini adalah hal terpenting yang bisa didapat dari menuntut ilmu di sekolah. Anak-anak diperkenalkan dengan suatu konsep pertemanan antar mereka. Yang akhirnya berkembang ke arah yang mungkin saja berbeda. Stays as ordinary friends, berkelompok menjadi temen satu group atau gank - hal ini biasa terjadi apabila anggota dari gank tersebut share the same interest atau datang dengan background yang sama, bisa juga berlanjut ke persahabatan, dan mungkin juga berkembang menjadi suatu hubungan percintaan dan seterusnya.
Setelah suatu bentuk relationship terbina - in this case, bukan hanya relationship percintaan aja ya?- segala hal datang bertubi-tubi, dari kesenangan, kegembiraan, tawa bahagia, tangisan duka, permasalahan dan banyak lagi. Kehidupan pertemanan terkadang bisa dinilai cukup kompleks juga dan tak kalah ribetnya dengan dunia pernikahan. Manusia diajarkan untuk bisa beradaptasi dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya, karena permasalahan yang datang dari dunia pertemanan bisa-bisa menimbulkan konflik yang tak kalah dahsyatnya.
Saya merasa bahwa saya adalah orang yang cukup adaptif dan lumayan suka untuk mengumpulkan teman. Saya sering kali memperkenalkan teman dari kanan ke kiri dari depan ke belakang dari south to the west and so on. Entah bagaimana, orang-orang yang saya perkenalkan malah cocok dan malah jadi lebih intense. Good lah! Tapi yang breaks my heart in pieces adalah apabila ternyata the relationship just didn't work out as good as everyone's expectations. Well ... sapa sih yang pengen suatu hubungan itu terpecah belah?Sering sekali saya mendengar cerita mengenai pertengkaran, percek-cokan yang terjadi antar teman dan sahabat yang dulunya saling saya perkenalkan dan become close friends and later on become enemy. Owh-so-sinetron punnnnn!Penyebabnya pun macem-macem, tapi yang bisa membuat hubungan pertemanan menjadi hancur mostly pasti ada hubungannya dengan hal-hal yang bersifat prinsip, seperti hubungan percintaan [o please!], dan juga hal-hal yang berhubungan dengan cara memandang hidup ataupun hal-hal lain yang sepertinya simple tapi sangat merusak.
Anyway, Ada cerita tentang 6 orang yang secara tidak disangka dan diduga bisa berkumpul dalam suatu pertemenan. Mereka datang dengan berbagai macam background. Sebut saja A,B,C,D,E,F. Si A dan si B bersaudara kandung. Si A dan si C bersahabat bagaikan saudara sejak kecil. Si A dan D bertemu saat bekerja di suatu kantor. Si D dan E berteman baik saat kuliah. Si A dan si F dulunya adalah berhubungan kerja dan later on si F bekerja di kantor yang sama walaupun beda divisi. Bagaimana mereka dipertemukan? Si D yang patah hati mendalam curhat dengan si A yang mantan bos nya yang kemudian berkenalan dengan si B yang kakak dari si A. Si B dan D merasakan adanya kecocokan. C memang sudah berada pada lingkungan keluarga dan teman-teman si A sehingga how they met is out of the story. Si E yang teman kuliah si D dibawa oleh D ke dalam pertemanan mereka karena mempunyai interest yang sama dengan B yang tertarik pada hal-hal yang berbau keagamaan dan spiritual. Dan yang terakhir bergabung adalah si F yang ternyata di luar dugaan sangat adaptif dan share the same interest with the rest of the gank. Lama-kelamaan si A malah menjadi outsider karena ya ... kegemarannya untuk mencari kesenangan di sana-sini. She has a tendency to make friends to everyone without a strict attachment. Karena dia merasa hubungan yang ada sangatlah terlalu intense sehingga sedikit freaked her up! Well ... that was only her feeling. Dia lebih enjoy mencari jodohnya instead of berbagi feeling dengan the rest of the gank. Well ... that's still understandable. She keeps up with the gank but not as intense as before. Hal-hal yang most likely dibicarakan during pertemuan-pertemuan mereka di salah satu rumah mereka mostly adalah masalah hati, how to deal with things, etc. They become more like sisters and very close to each other. Mereka malah saling backing up for each other during the rainy season and having fun together during the summer time. What a nice thing to see.
Di suatu hari yang indah, finally si D berhasil melewati her crisis dan decided to get married. Everyone was overjoyed to that moment! Seseorang yang paling fragile di antara mereka, yang selalu membutuhkan shoulders to cry on, seseorang yang memenuhi hati mereka dengan curhat-curhat nya yang panjang akhirnya menemukan seseorang yang bisa dijadikan pelabuhan untuk bersandar dan even untuk berlayar bersama. Di situ lah turning point nya untuk gank wanita-wanita ini. Si D menikah dan berpindah ke luar negeri, F the newest member pun mendapatkan pekerjaan lain di kota lain, si E berpindah pekerjaan di tempat dengan kesibukan melebihi kesibukannya terdahulu, C dengan kesibukannya sendiri dan berpindah-pindah di antara 2 kota, si B tetap melakukan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga dan menjadi a shoulder to cry on bagi siapapun itu yang membutuhkan. Dan persahabatan tersebut mulai diuji. si A dengan sifatnya yang tidak pernah ingin mencampuri urusan dalam negeri orang lain tiba-tiba dikagetkan oleh C yang menanyakan apakah si B sedang ada masalah. A sudah menduganya, akan tetapi ... she stayed away from it. That was none of her business. C told her to talk to B, yang mana hal itu tidak dilakukan karena hal itu membuat perasaan awkward pada diri A. B sedang mendapatkan ujian yang mana adalah suatu hal yang against everyone's believe. Sesuatu yang tidak boleh dan tidak layak dilakukan. Permasalahan ke dua datang karena B semakin hari semakin dirasakan 'aneh'. She became more bossy and all, sehingga membuat A semakin puyeng dengan kondisi tersebut. For no reason, A semakin menarik diri dari hubungan pertemanan yang dirasa A semakin aneh. SHe had enough problem living with B with all of her attitudes, she didn't want to add more problem. Dia hanya ingin menenangkan diri. Hubungan yang awalnya sangat close dan intense, tiba-tiba ... zwinggg ... it's just gone!
After a while, A yang dari semula hanya sebagai observer found out that, mereka menyimpan banyak borok dalam relationship tersebut. Two of them didn't talk to each other. Yang satu bilang kalau yang lain memfitnahnya sehingga membuat yang lain tidak mau lagi bicara padanya. And it turned out that the problem of B has been going on for quite some times. Ada yang teuteup keukeuh untuk meminta maaf, in case, memang terjadi kesalahfahaman, yang lain berpikir bahwa kesalahan yang dilakukan yang lain sudah benar-benar parah sehingga tidak termaafkan. Those who didn't get involve hanya bisa menjadi mediator tapi tidak mungkin melakukan hal yang lebih jauh. Maybe only time can heal the whole pain!
Berkaca dari cerita di atas, saya pernah mendengar suatu peribahasa yang mana your closest friend could be the most dangerous enemy you can imagine . Apakah dalam berteman pernah terpikir untuk menyakiti atau mengkhianati yang lain? Akan tetapi apakah suatu permasalahan tidak bisa dikomunikasikan dengan baik sehingga ketemu jalan tengah yang makes everybody happy? Well ... maybe it's easy for us as outsiders untuk berkata, good communication can solve every problem peacefully. But for those who are involved inside the problem itself, things might not be that easy to be solved. It concerns principle, pride, prejudice and all. It takes the whole world to conquer principle and pride. Kita bisa aja bilang, makan itu principle and pride. Tapi ya ... siapa yang tau jerohannya sih? Apakah suatu persahabatan yang sudah tercabik-cabik dan tercerai berai macam ini nantinya akan bisa terobati dan sembuh dengan sempurna? Nobody knows! Really! But then again, Let the time heal the pain.
Cerita ini saya tulis sebelum puasaan. Hmmm ... I wonder how is it cerita kelanjutannya setelah lebaran ini?
Anyway, enjoykanlah this first posting after lebaran.
posted by .:nien:.