Makan-makan, wisata kuliner sepertinya sudah jadi bagian dari hidup kita, or at least, sebagian besar dari kita. Acara makan-makan saat ini tidak lagi hanya memenuhi kebutuhan dasar kita, MAKAN. Supaya tidak laper, supaya asupan gizi terpenuhi, dll. Tapi acara makan-makan telah berkembang menjadi suatu hal yang bisa dienjoykan, dinikmati, dan bisa dijadikan sebagai ajang refreshing atau bergaul.
Pemilihan tempat untuk acara makan-makan pastinya disesuaikan dengan kebutuhan, ya? It is obvious pemilihan tempat pasti disesuaikan dengan acara, siapa-siapa aja yang gabung dan tentunya banyak hal lain dan tentu saja RASA memainkan peranan penting dong ya? Saat bubar kantor, umumnya adalah saat-saat yang enak dibuat wiskul bareng temen-temen sekantor ataupun dari kantor lain. Pilih tempat yang nyaman bisa ngobrol panjang lebar, di mol, di fastfood, di resto, di cafe, di city walk ataupun di ngandok di tenda pinggir jalan ... It’s all up to us & depends on the situation.
Hmmm ... Saya ngaku kalo saya doyan banget wiskul. Any kind of wiskul lah, cobain tempat makan baru, cafe, resto, pinggir jalan ... You name it lah! Buat saya, sering kali comment yang muncul dari mulut saya adalah enak or enak banget. Penilaian terhadap makanan buat saya adalah gabungan antara good quality of food, tempat yang nyaman (walopun gak nyamanpun kadang saya samperin juga), pelayanan yang baik. Standart banget kan? Jadi intinya saya gak rewel lahhhh ...
Banyak anak-anak muda ... well younger generation lah ... mereka lebih memilih tempat fast food sebagai tempat makan dan nongkrong untuk mereka. Kenapa ya mereka memilih tempat-tempat fastfood itu sebagai pilihan acara makan-makan dan hangout mereka? Yang paling gampang adalah, easy access dari ujung kota manapun, tempat-tempat fastfood ini mulai menjamur sampai ke pinggiran kota. Dari segi tempat, pasti nyaman. Ber AC. Kalaupun tidak berAC, sidewalk cafe style selalu nyaman untuk dipakai hangout berlama-lama. Selain daripada itu, di situ sudah tumplek blek remaja-remaja lain yang juga hangout, pastinya seru bisa cuci mata at the same time. Dari segi perhitungan ekonomi, tempat-tempat ini mostly pasti mempunyai program promo yang yahud dan berlaku nasional, sehingga mereka bisa tau dari TV-TV nasional tentang program yang considered to be affordable ini.
Etapi tapi tapi .... Pernah kepikir gak bahwa makan di fastfood place, the amount that we spent kurang lebih sama dengan kalo kita makan di tempat-tempat yang bisa diconsidered as Resto or Cafe, a descend one. Well ... Saya ngomonginnya harga Surabaya sih. I’m not really a big fan of fastfood. But, I did come several times walaupun saya sering gak makannya, just pesen-pesen minum. Entah kenapa ya? Saya gak pernah terlalu tertarik buat makan di fastfood mungkin karena keinget kolesterolnya kali ya? Heheheheh ....
Anyway, suatu waktu akhirnya saya really eat and order the package dari salah satu fastfood ternama. Satu paketnya berisi 1 nasi, 1 ayam, 1 soft drink. Sambil ngobrol-ngobrol, satu paket itu habis dalam sekejab saja tanpa rasa kenyang yg signifikan. Then, saya pesan lagi kudapan kecil yg bisa dicemil2 sambil ngobrol. Voila! Abis jg dlm sekejap mata ... Hmmm ... Gak tau saya yg berporsi besar or what? But I spent like over 50,000 buat makanan yg bentuknya cm nasi dikepel, ayam goreng, kudapan dan sofdrink. With same amount of money, mungkin saya bisa dapet bentuk makanan yang lebih 'rupo', komplit dengan sayur, taste yang lebih berasa dan penyajian yang lebih pantas.
Ahhh ... Tapi itu 'kan sáya .... Kebutuhan orang terhadap makanan, rasa, value of money pasti beda. Saya sadar itu ... But then again, I don't mind spending money for food but it`s better be good in the value of money, the quality of food, presentation ... all in one package. Bukan berarti makan di pinggir jalan or depot itu gak oke ... Kadang malah hmmm yummmmm bikin nyandu. Intinya .... Makan yukkkkkk!!!
posted by .:nien:.
|
It's 7:35 PM
Sitting all alone in my corner. Looking at a pile of paper works on my side.
Feeling choke and full ....
Full bukan dalam artian kenyang, tapi kayaknya banyak yang di kepala, pending things, thesis dan banyak lagi. Akhirnya saya buka-buka literatur yang pernah saya jadiin referensi untuk tesis saya. Kata kunci yang saya cari adalah burnout dan stress kerja.
Why?
Saya berasa tidak bisa maksimal aja lately. Saya realize sih kalau saya suka kebanyakan mau. Bukannya hal yang saya kerjain jadi berantakan, tapi kok ya itu ... lately berasa gak maksimal. The worst part is saya jadi lebih sering procrastinate, dengan sengaja mendelay banyak hal. Saya gak ngerti kenapa juga?
I know which one is urgent which one is not tapi entah kenapa kesanggupan buat mengeksekusi hal-hal tersebut bener-bener NOL besar! Rasanya gak enak dan menyesakkan but can't do much anything about it!
Jadi Stres didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan subyek (Cooper, 1994).
Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi (Diana, 1991). Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa.
Sering kali dibilang kalo stress tuh gak bisa tidur, bawaan mau makan ajaa or sebaliknya. I'm totally in control, tidak nampak ada yang salah. CUman emang berasa lately uncomfortable, sumbu pendek bin sensi banget.
I have no idea what that means, tapi rasanya memang bersifat individual dan saya kudu berusaha buat cari stressornya and deal with it no matter how. Apa mungkin saya udah tau sumbernya, cuman can't deal with the pain or just don't know the answer or what to do to solve the case?
Refreshing? Kumpul temen? Ngadem di rumah gak mikir apa-apa? Or meditasi? Would any of those above able to ease up the stress? Well ... Let's try!
References:
Luthans, F. (1992). Organizational Behavior (6th ed.). Singapore: McGraw-Hill, Inc.Cooper, C. L., Dewe, P. J., & O’Driscoll, M. P. (1991). Organizational Stress: A Review and Critique of Theory, Research, and Applications. California: Sage Publications, Inc.
Rice, P. L. (1999). Stress and Health (3rd ed.). California: Brooks/Cole Publishing Company.
Labels: curhat
posted by .:nien:.
|
The best word to describe this week is RUWET.
Feels like too much things happened & to do almost at the same time. Semalem rasanya udah penuuuhhhhhhhhh banget isi kepala dengan urusan #EFReuni, angka-angka statistik yang belum beres dan banyak hal yang super ruwet lainnya.
Untungnya Sabtu ini saya ngaso gak ngantor dulu daripada burnout ini semakin menggila. Untungnya lagi, ada temen lama yang ngajak-ngajakin survei perias buat nikahan adeknya. Karena si Ibu Perias sedang jalan-jalan dengan kakandanya (eh suaminya), akhirnya saya dan temen lama ini ended up di Sutos dan memilih My Kopi O yang pernah saya baca di blog kuliner #inijie.
Sebenernya saya lumayan sering lewat pada saat saya berkunjung ke Sutos, unfortunately, lately saya jarang berkunjung ke sana dan pada saat ke sana kok ndilalah teman-teman serombongan selalu pengennya berkunjung ke tempat lain. *gak mungkin misah dong*
Finally, hari ini karena cuman berdua keputusan begitu mudah dan jatuhlah pilihan kami pada My Kopi O (yeaiyyyyy ...). Mulailah kami masuk sambil mengagumi interiornya yang cantik itu. Sambil membuka buku menunya yang besar ala ala koran itu ... OMG, berasa laper mata karena semua nampak enak, hmmmm ... Jangan-jangan emang fotonya yang bikin adalah
sang juragan blog kuliner, sampe bikin cleguk-cleguk dan bingung mau pesen apa?
Akhirnya, pilihan saya jatuh pada menu baru, Sunshine I Fu Mee yang katanya menu surprise-surprise kata mbak-mbaknya. Why? Karena pengunjung akan surprise dengan apa yang tersimpan di balik bungkusan telor. "He mbakkk ... Namanya aja I Fu Mee ya pasti dalemnya emie laaaah ... Yang kagak-kagak ajwah!?!?" But then again, memang saya dikejutkan dengan rasanya yang legit agak sangit yang ... huhuhuhuhu .... enak di lidah saya. Rasa tersebut sangat seru dipadukan dengan kuah kental, udang dan crabstick yang hmmmm .... yum! Nah, temen saya pesen Noodle apa ya? With pepper something. It was also nice. Mie kecil-kecil itu direbus a la Mie Pangsit, diberi topping daging halus dan bumbu merica hitam. Rasanya cukup fusion between Asia dan Western dengan peppernya itu. Sayang .... Saya gak sempet foto saking udah lapernya.
The next dan a must try beverage in any Kopi Tiam (buat saya sih anywhere) adalah Teh Tarik. Kalo teh tariknya berasa strong ajwah (kind of difficult to describe strong for my tongue, actually) ... Berarti LULUS! Nah, kalau di My Kopi O ... Rasa strong nya LOLOS, tingkat kemanisannya LOLOS bener karena saya tidak terlalu suka manis. Score 80 lah karena saya pernah ngerasain di kopi tiam lain yang rasanya lebih cocok lah dengan lidah saya. Semicim otentik kayak yang saya rasain di negeri asalnya. While temen saya, blio pesen campuran kopi choco dan milk gitu. "Hmmm ... sedikit pait."katanya. But for me ... It's perfect! She thinks that the coffee is quite strong for her, sampe jam 10:30 tadi BBM saya, "Mbaaakkk ... aku mecicil gabisa tidurrrr" hahahah ....
Anyway, anyhow ... I enjoyed my visit to My Kopi O : the modern Kopi Tiam. I am so looking forward to come again and taste the Nasi Hainan (menu wajib saya nih benernya, tapi tadi gak tau deh kesambet apa kok milih menu surprise tadi.
Enjoykanlah the pictures below!
posted by .:nien:.
|
Menulis kisah-kisah travelling memang seru sambil mengingat moment-moment seru saat liburan, apalagi kalau liburannya rame-rame.
Salah satunya, ehhh masuk koran xixixii .... Enjoykanlah ...
Labels: on the news
posted by .:nien:.
|
#Indonesiajujur : Tanamkan Nilai Mulia
Di weekend saya yang indah ini ... Saya tersentak dengan secara tidak sengaja saat klik di twitter tentang #indonesiajujur yang ngelink ke berita ini.
"Apa-apaan???"
I was like .... SPEECHLESS!! Saya kehilangan kata-kata!!
Lately, saya sempet terpikir mengenai eksistensi nilai-nilai baik dari pelajaran Budi Pekerti dan PMP (duh keliatan bener generasi saya ya?). Bahkan saya sempet terpikir, mata pelajaran PMP atau Pancasila ini masih ada gak sih? Walaupun saya sendiri tidak bisa memungkiri bahwa pelajaran menghafal a la PMP ini bener-bener bikin stress, tapi saya yakin value nya tetap mengenai menjadi warga Indonesia yang baik, kejujuran dan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
Harkat dan martabat bangsa ini mau dikemanakan ya kalau kebaikan bisa kalah hanya karena kebaikan itu hanya meraih suara minor di ruang publik dan keburukan bisa jadi hal yang wajar hanya karena hal itu dianut dan diyakini adalah hal yang benar oleh mayoritas masyarakat.
Saya sebagai orang awam yang pernah mengalami masa sekolah, saya inget sekali bagaimana rasanya masa-masa menjelang EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional - seingat saya, again, kliatan bener dari generasi mana saya berasal). Fokus dan konsentrasi saya tertuju pada latihan soal-soal agar terlatih dan in the end, kelulusan adalah outcome yang diharapkan oleh semua pihak (ortu, guru dan sekolah). Tidak lulus selalu dicap sebagai momok, aib, dan sejuta cap yang membebani dengan sepenuh hati. Tapi, somehow, saya dulu tidak pernah takut tidak lulus ... Entah jaman dulu memang pasti lulus semua (cuman nilainya tergantung dari hasil belajarnya dan kalo gak ketrima sekolah favorit, nangis aja loooo) or beban pelajaran sekarang jadi semakin berat sehingga possibilities tidak lulus terpampang dengan sangat jelas di depan mata mereka. Awhhh .... Jangan-jangan we put too much pressure pada generasi muda kita? Sehingga akhirnya 'mengajari' mereka untuk menghalalkan segala cara, seperti yang di'titah'kan oleh guru kelas anak Ibu Siami agar memberi contekan teman sekelasnya, menjadi salah satu jalan keluar yang mudah untuk semua pihak?
Apakah value seperti ini yang mau kita sebar luaskan ke generasi muda kita? Karena 'ajaran' yang di'titah'kan oleh Sang Guru, mau gak mau membuat kita berpikir ... So, this is official! Si Guru yang nyuruh, so it's OK! Saya gak bisa bayangin, kalau hal-hal seperti ini bisa jadi bener-bener official. Our younger generation needs to learn so much from life but cheating is not one of them, definitely! Membiarkan mereka mencontek apalagi melegalkannya for the sake of kelulusan adalah sama aja membuat mereka menjadi koruptor-koruptor kecil tanpa mereka sadari. I don't think koruptor-koruptor itu dulunya diajari cheating, tapi mereka mampu melakukannya ... Apalagi kalo diajarin starting from hal sepele seperti mencontek! Bisa kacau dunia persilatan!
Terlepas dari niat mulia Sang Guru untuk menaikkan harkat dan martabat sekolah supaya seluruh muridnya lulus 100%, tapi menyuruh anak didik untuk memberikan contekan bukanlah keputusan yang bijak! Anak-anak kita juga harus diajarin hidup yang benar. Kerja keras buat mendapatkan hasil terbaik, kegagalan bisa saja terjadi tapi bukan berarti harus patah semangat, bagaimana supaya tidak gagal, kebaikan dan kejujuran adalah yang utama dan banyak hal lain yang harus diajarkan secara natural bukan potong kompas!
Saya cuma berharap saja bahwa peristiwa ini bisa memberikan pelajaran berharga buat bangsa ini. Dan yang terpenting, apakah bangsa kita bisa belajar dari hal ini?? Semoga.
Labels: #indonesijujur
posted by .:nien:.
|