Saturday, June 11, 2011
#Indonesiajujur : Tanamkan Nilai Mulia

Di weekend saya yang indah ini ... Saya tersentak dengan secara tidak sengaja saat klik di twitter tentang #indonesiajujur yang ngelink ke berita ini.

"Apa-apaan???"

I was like .... SPEECHLESS!! Saya kehilangan kata-kata!!

Lately, saya sempet terpikir mengenai eksistensi nilai-nilai baik dari pelajaran Budi Pekerti dan PMP (duh keliatan bener generasi saya ya?). Bahkan saya sempet terpikir, mata pelajaran PMP atau Pancasila ini masih ada gak sih? Walaupun saya sendiri tidak bisa memungkiri bahwa pelajaran menghafal a la PMP ini bener-bener bikin stress, tapi saya yakin value nya tetap mengenai menjadi warga Indonesia yang baik, kejujuran dan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.

Harkat dan martabat bangsa ini mau dikemanakan ya kalau kebaikan bisa kalah hanya karena kebaikan itu hanya meraih suara minor di ruang publik dan keburukan bisa jadi hal yang wajar hanya karena hal itu dianut dan diyakini adalah hal yang benar oleh mayoritas masyarakat.

Saya sebagai orang awam yang pernah mengalami masa sekolah, saya inget sekali bagaimana rasanya masa-masa menjelang EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional - seingat saya, again, kliatan bener dari generasi mana saya berasal). Fokus dan konsentrasi saya tertuju pada latihan soal-soal agar terlatih dan in the end, kelulusan adalah outcome yang diharapkan oleh semua pihak (ortu, guru dan sekolah). Tidak lulus selalu dicap sebagai momok, aib, dan sejuta cap yang membebani dengan sepenuh hati. Tapi, somehow, saya dulu tidak pernah takut tidak lulus ... Entah jaman dulu memang pasti lulus semua (cuman nilainya tergantung dari hasil belajarnya dan kalo gak ketrima sekolah favorit, nangis aja loooo) or beban pelajaran sekarang jadi semakin berat sehingga possibilities tidak lulus terpampang dengan sangat jelas di depan mata mereka. Awhhh .... Jangan-jangan we put too much pressure pada generasi muda kita? Sehingga akhirnya 'mengajari' mereka untuk menghalalkan segala cara, seperti yang di'titah'kan oleh guru kelas anak Ibu Siami agar memberi contekan teman sekelasnya, menjadi salah satu jalan keluar yang mudah untuk semua pihak?

Apakah value seperti ini yang mau kita sebar luaskan ke generasi muda kita? Karena 'ajaran' yang di'titah'kan oleh Sang Guru, mau gak mau membuat kita berpikir ... So, this is official! Si Guru yang nyuruh, so it's OK! Saya gak bisa bayangin, kalau hal-hal seperti ini bisa jadi bener-bener official. Our younger generation needs to learn so much from life but cheating is not one of them, definitely! Membiarkan mereka mencontek apalagi melegalkannya for the sake of kelulusan adalah sama aja membuat mereka menjadi koruptor-koruptor kecil tanpa mereka sadari. I don't think koruptor-koruptor itu dulunya diajari cheating, tapi mereka mampu melakukannya ... Apalagi kalo diajarin starting from hal sepele seperti mencontek! Bisa kacau dunia persilatan!

Terlepas dari niat mulia Sang Guru untuk menaikkan harkat dan martabat sekolah supaya seluruh muridnya lulus 100%, tapi menyuruh anak didik untuk memberikan contekan bukanlah keputusan yang bijak! Anak-anak kita juga harus diajarin hidup yang benar. Kerja keras buat mendapatkan hasil terbaik, kegagalan bisa saja terjadi tapi bukan berarti harus patah semangat, bagaimana supaya tidak gagal, kebaikan dan kejujuran adalah yang utama dan banyak hal lain yang harus diajarkan secara natural bukan potong kompas!

Saya cuma berharap saja bahwa peristiwa ini bisa memberikan pelajaran berharga buat bangsa ini. Dan yang terpenting, apakah bangsa kita bisa belajar dari hal ini?? Semoga.

Labels:


posted by .:nien:.

|